Hai, kawan, begitu lama kita tak berjumpa kembali, merangkai kisah yang terlanjur terucapkan, tentang mereka, orang yang paling berarti dalam hidup kita, yang telah melukai diri kita terlalu dalam dengan cara saling menyakiti. Kemarin, aku begitu merindukanmu. Masih sama, dalam rasa sesak yang dipenuhi ragu, aku kembali mengingat tentang mereka. Mungkinkah kamu juga demikian? Atau ada luka baru yang timbul, namun kamu enggan untuk mencariku padahal aku selalu menunggumu. Menunggumu dengan kisah sedihmu yang tak mampu kau ungkapkan kepada siapapun. Kawan, sudah sejak awal kita bertemu dan saling bercerita, aku merasa takdir tidak terjadi begitu saja. Aku dan kamu dipertemukan dengan cerita dan luka yang sama. Bedanya, aku lebih dulu dan kamu menyusul kemudian. Akan tetapi, rasa sakit itu nyata bahkan sampai sekarang. Aku hanya tidak percaya, bahwa ada sosok anak lain yang juga merasakan rasa sakitku dulu. Aku melihatnya begitu nyata dan pedih dalam tatap matamu ketika bercerita, ...