Langsung ke konten utama

Postingan

Dua Setia Yang Tertinggal

Tulisan kali ini untuk orang yang kemarin berkata belum mampu menemukan kebahagiannya:') Aku memandang jalanan ramai di luar sana. Perjalanan pulang ini selalu mengingatkanku tentang hal yang sama dengan luka lama yang setia. Aku selalu menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan setiap kali sikap cengeng itu akan menyapa. Sesak di dada sudah lama menjadi penyakit yang entah mengapa tak pernah sembuh sampai sekarang. Bahkan saat aku menutup mata, bayangan itu tak pernah bisa terusir sepenuhnya. Aku sudah merelakannya. Hanya saja, rasanya selalu ada yang tertinggal di sana. Sesuatu yang tak akan mampu lagi aku jemput. Sesuatu yang sudah jauh tertinggal disaat diriku sudah terlalu jauh melangkah.                 “Bogor... Bogor...” Suara kenek bus membuatku terbebas dari perenungan menyakitkan yang memang sudah lama ingin aku akhiri. Bogor. Aku menghela napas panjang sebelum bangkit dan menuruni tangga bus ke luar. Udara Bogor yang sedikit sejuk meski tak seding
Postingan terbaru

Ayahku meninggal dunia. Kamu baru tahu, kan?

Dia memutuskan persahabatan kami begitu saja. Setelah semua yang kami lalui berdua selama tujuh tahun, dia memutuskanku. Dia pergi dari hidupku tanpa pertanda apa-apa. Dia pergi di saat aku sebentar lagi akan meraih impianku. Dia pergi di saat-saat terpenting dalam hidupku. Aku jadi bertanya-tanya, apakah selama tujuh tahun kami bersama, dia hanya memanfaatkanku saja untuk keuntungannya sendiri? Lalu, pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang dia manfaatkan dariku? Aku miskin, aku tidak punya apa-apa, aku selalu bergantung kepadanya. Dia adalah seorang putri yang hidup di istana dengan segala sesuatu yang tak perlu ia minta, tapi selalu tersedia. Aku sering membaca penelitian, bahwa sahabat yang sesungguhnya adalah sahabat yang bisa bertahan denganmu lebih dari empat tahun. Kami sudah tujuh tahun. Pertama kali bertemu saat sama-sama menjadi mahasiswa baru, walaupun dengan jurusan yang berbeda. Dia adalah satu-satunya orang yang pernah melihatku menangis. Dia adalah satu-satunya oran

Temanku Bukan Pelacur

Dia kehilangan dirinya sendiri. Aku bisa melihat itu dari matanya. Aku meyakini itu dari tindakannya selama ini. Aku perlu membawanya kembali. Aku perlu membuatnya mengerti bahwa dirinya begitu berarti. Akan tetapi, niat itu sudah hancur beberapa saat lalu saat aku melihat dengan mata kepalaku sendiri perbuatannya selama beberapa bulan belakangan. Secara membabi buta aku memukuli lelaki itu dan mengusirnya keluar. Aku menutup pintu dengan kasar dan kemudian bersandar seolah tidak kuasa menahan beban tubuhku sendiri. Perlahan, aku jatuh terduduk sambil menganga tak percaya. Di hadapanku, berdiri sesosok perempuan yang kukenal lebih dari 10 tahun lalu dengan rambut panjangnya yang acak-acakan, kaus putih longgar, dan kaki jenjang yang telanjang. Aku menutup mulutku menahan emosi dan tangis yang akan meledak. Tenggorokanku tercekat, aku takut dengan suaraku sendiri. Sementara perempuan itu sudah terlebih dahulu menangis dan duduk terjatuh. Ada jarak empat langkah yang harusnya kutempuh

Curhat Seorang Kawan

Hai, kawan, begitu lama kita tak berjumpa kembali, merangkai kisah yang terlanjur terucapkan, tentang mereka, orang yang paling berarti dalam hidup kita, yang telah melukai diri kita terlalu dalam dengan cara saling menyakiti. Kemarin, aku begitu merindukanmu. Masih sama, dalam rasa sesak yang dipenuhi ragu, aku kembali mengingat tentang mereka. Mungkinkah kamu juga demikian? Atau ada luka baru yang timbul, namun kamu enggan untuk mencariku padahal aku selalu menunggumu. Menunggumu dengan kisah sedihmu yang tak mampu kau ungkapkan kepada siapapun. Kawan, sudah sejak awal kita bertemu dan saling bercerita, aku merasa takdir tidak terjadi begitu saja. Aku dan kamu dipertemukan dengan cerita dan luka yang sama. Bedanya, aku lebih dulu dan kamu menyusul kemudian. Akan tetapi, rasa sakit itu nyata bahkan sampai sekarang. Aku hanya tidak percaya, bahwa ada sosok anak lain yang juga merasakan rasa sakitku dulu. Aku melihatnya begitu nyata dan pedih dalam tatap matamu ketika bercerita,

SENJA YANG HILANG AKIBAT REKLAMASI

Seseorang pernah berkata, dalam dunia kapitalis orang miskin akan bertambah miskin sedangkan orang kaya akan bertambah kaya. Aku ingat. Guru Ekonomiku pernah berkata demikian. Pernyataannya itu membuatku berpikir, siapa yang bertambah miskin dan siapa yang bertambah kaya? Mengapa kata 'bertambah' harus mewakili dua sisi yang begitu bertolak belakang. Miskin dan kaya. Miskin. Aku sering mendengar kata itu. Di jalanan, orang-orang berteriak hampa ke lautan kerajaan yang bahkan tak peduli. Di televisi, para pembawa berita yang cantik dan tampan, mungkin juga kaya, selalu memberitakan bahwa statistik kemiskinan di negara ini semakin meningkat. Kemiskinan merajalela sehingga pemerintah melakukan berbagai macam cara untuk menanggulanginya. Sebagai orang yang merasa miskin, apakah kalian tidak menganggap diri kalian sebagai tersangka? Pemerintah katanya pusing menanggulangi kalian. Kaya. Sepertinya aku juga sering mendengar kosakata itu. Ya, sangat sering, apalagi ketika Ayah d