Langsung ke konten utama

Mengapa Sastra Rusia? ;")

Ini hanya sebuah pengalaman dan mungkin tidak akan berarti apa-apa bagi orang lain. Saya hanya ingin berbagi dan semoga maksud saya tersampaikan.

Saya saat ini terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Sastra Rusia. Saya jabarkan kronologi awalnya dulu hingga saya bisa masuk jurusan tersebut.
Waktu itu menjelang UN ketika saya dan teman-teman saya sedang galau-galaunya menentukan pilihan studi ke PTN  yang ada di Indonesia ini. Seperti biasa, dari tahun ke tahun, banyak dari teman-teman saya (termasuk saya) menambatkan diri ke IPB. Saya memilih IPB karena berpikir saya dari IPA dan banyak senior-senior saya disana. Saya berpikir bahwa dengan banyaknya penerimaan senior-senior saya pada tahun sebelumnya disana, akan lebih memudahakn bagi saya jika ikut daftar ke IPB. Jujur, meskipun saya anak IPA, passion saya berada di IPS. Saya senang menulis dan berkomunikasi dengan orang lain. Saya senang debat terbuka dan mengemukakan pendapat di depan umum. Alasan mengapa saya 'nyemplung' di IPA hanya Tuhan yang tahu. Namun, entah karena otak kanan-kiri saya seimbang atau otak saya bisa menyesuaikan diri (tidak berdasar teori hehe...) begitu cepat, saya malah bisa dibilang berprestasi di IPA. Dari kelas X hingga kelas XII,saya selalu masuk ke urutan 10 besar dikelas (5,5,5,5,4,4 kalau gasalah). Saya juga pernah menjadi mentor Kimia bagi teman-teman kelompok saya yang terdiri dari 7 orang. Tetapi, tetap saja hati saya di IPS. Meski tetap mendalami IPA (terutama Kimia hehe) saya menyibukan diri dengan kegiatan lain yakni menulis novel/cerpen dan mendalami Sejarah. 

Nah, dari sinilah semuanya berawal. Waktu itu saya sedang tertarik untuk menulis novel sains-fiksi, dimana ketika itu saya membaca artikel di internet tentang 'Senjata Zombie'. Setelah saya baca, Rusia-lah yang mengembangkan proyek tersebut. Senjata Zombie adalah sebutan untuk sebuah senjata super psikotrononik, yang bisa melumpuhkan pikiran manusia hingga ke kondisi setara "mayat hidup". Daaaaaaaan... saya tiba-tiba langsung mengkhayal tentang sebuah cerita jika senjata tersebut benar-benar terealisasikan. Saya kemudian berkonsultasi dengan sahabat-sahabat saya (Isfi, Isti, Nikmah, Entu, Fany) dan lahirlah ide untuk menulis novel mengenai senjata super tersebut. Lalu, saya begitu tertarik untuk mengambil latar langsung di Rusia. Kesulitan saya waktu itu adalah ketidaktahuan saya mengenai negara yang kini berbentuk federasi tersebut. Namun, saya tidak patah semangat. Saya terpacu dengan novel-novel luar yang penulisnya melakukan riset sebelum menulis dan menyeselsaikan karyanya. Dai situlah saya mulai mengenal Rusia. Saya banyak membaca sejarah Rusia pada masa Uni Soviet (karena memang paling menarik) dan menemukan sebuah artikel tentang 'Terminator' milik Rusia. Konon, Rusia dulu mengembangkan proyek Terminator sebelum perang dunia ke-2. Entah kenapa kemudian saya 'jatuh cinta' pada sosok Stalin dan Trotsky. Meski mereka berdua bagai dua ujung magnet yang bertolak belakang, saya menyukai mereka dari sisi yang berbeda.


http://acehonline.info/image/Bendera%20Rusia.jpg

Leon Trotsky
Akibat kecintaan saya terhadap kedua tokoh itu, saya seolah semakin maniak Rusia. Saya mulai menemukan sosok lain seperti Lenin, Kalinin, Kruschev, Breznev sampai Gorbachev. Dan saya baru sadar kalau guru sejarah saya (meski IPA, saya dapat pelajaran Sejarah 1 jam/minggu) sering bercerita tentang kebijakan Gorbachev, yakni Glasnost and Perestroika. Kemudian ada teman saya yang sedikit memiliki nama berpola Rusia (Levana Dianova). Saya kemudian mengenal sedikit demi sedikit kebudayaan mereka. Saya jadi tahu pola pemberian nama pada anak disana. Terdiri dari 3 kata (Vladimir Vladimirovich Putin). Nama tengah adalah nama ayah (Perempuan: -ova, -ovna    Laki-laki: -ov, -ovich) sedangkan yang terakhir seperti marga keluarga.


Iosif Stalin

 Kembali ke kegalauan teman-teman dan saya dalam memilih PTN untuk SNMPTN Undangan. Karena mungkin kesenangan sesat (?) dan desakan Papa saya, saya memilih IPB sebagai PTN tujuan dalam SNMPTN Undangan. Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan... GREAAAAAAAAAAT!!! SAYA DITOLAK DAN SAYA MENANGIS HARI ITU JUGA!! Hahaha dari kami berempat yang daftar IPB (saya, Isfi, Isti dan Entu) hanya Isfi yang goal ke Gizi IPB. Sempat ngedrop banget karena panas hati liat temen-temen lain yang tertawa riang karena sudah keterima SNMPTN. Saya dan ketiga sahabat saya (Isti, Entu, Nikmah) memutuskan untuk menerjunkan diri ke SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk PTN). Saya sempat putus asa karena kuota SBMPTN semenjak tahun saya lebih sedikit. Selain itu, saya jadi lebih selektif memilih jurusan yang saya inginkan. Saya bertekad, harus benar-benar yang sesuai passion saya. Akhirnyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa... Saya baru tahu kalau ada jurusan Sastra Rusia di UI (dan Unpad). Tanpa ragu saya menempatkan Sastra Rusia diurutan teratas. Dan karena keinginan ortu, saya menempatkan IPB diurutan terakhir. Waktu itu saya berniat menolak jika nyatanya saya diterima di IPB. Dengan pilihan 2 universitas tersebut, saya otomatis masuk tes IPC. Wah, perjuangannya 2x lipat. Sempat ngalamin masa-masa bosan belajar sampe nangis semalaman mikirin SBMPTN. Saya meningkatkan intensitas doa beribu-ribu kali lipat hehehehe

Akhirnya, semua benar indah pada waktunya. Saya diterima di Sastra Rusia Universitas Indonesia. Saya menangis bahagia waktu itu, mengingat perjuangan menghadapi SBMPTN. Meski banyak yang mencemooh saya karena masuk Sastra (apalagi Rusia mereka bilang...), saya tetap memiliki kebanggaan tersendiri, karena untuk pertama kalinya passion-lah yang membawa saya. Bukan keinginan orang tua ataupun sekelompok orang yang memengaruhi saya. Saya tak mau berkomentar untuk mereka yang sampai saat inipun masih mentertawakan saya karena masuk Sastra. Mereka hanya tidak tahu bahwa seorang Sastrawan adalah PEJUANG BUDAYA, tak hanya penguasa bahasa negara orang:'


Sumber Gambar:
http://en.wikipedia.org/wiki/Leon_Trotsky
http://www.biography.com/people/joseph-stalin-9491723
http://acehonline.info/detail.php?no_berita=2488







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baru

Akhirnya baru bisa punya blog lagi:) Setelah lebih dari setahun ga bukan blog (dan lupa password), sekarang punya akun baru. Berharap blog ini berguna gacuma bagi temen-temen tapi juga orang banyak. Salam.

UNTITLED

Sudah satu bulan. Empat minggu. Tiga puluh hari. Tiga puluh kali pergantian siang dan malam. Tujuh ratus dua puluh jam. Empat puluh tiga ribu dua ratus menit. Detik mungkin tak perlu kuhitung. Selama itu waktu yang kamu habiskan hanya untuk menghukum dirimu sendiri. Menghukum diri sendiri atas kesalahan yang sepenuhnya bukanlah milikmu. Kamu tak pernah lagi bangun di pagi hari. Kamu tidur sepanjang hari. Kamu tak pernah lagi memandangku. Kamu menatap kehampaan sepanjang waktu. Bahkan, untuk menggerakkan setitik jari saja, kamu tak kuasa. Aku selalu ada disisimu. Selalu. Bahkan sepanjang waktu, hanya untuk melihatmu berdiam diri atau menangis. Kamu tidak mau berbicara. Aku selalu bertanya, apalagi yang salah? Kamu menatapku. Bukan jawaban, hanya tangisanlah yang lolos dari bibir tipismu. Disaat seperti itu aku selalu memeluk tubuhmu yang meringkuk tak bergerak. Apakah kamu tidak sakit? Maksudku, dengan posisi tubuhmu selama sebulan ini diatas ranjang. Tidakkah kamu rindu untuk bangun, ...

Novel Selanjutnya (InsyaAllah)

Aku melihatmu. Lututku goyah tak bersisa. Bisakah aku kembali? Aku ingin mendekap tubuhmu yang kedinginan itu. Mengapa matamu begitu kosong? Kukira dunia telah direnggut begitu kejam darimu. Oh, kamu begitu indah. Kukira akan ada orang lain yang menggantikanku. Aku ingin kamu melihatku. Tapi, kamu melihat menembus diriku. Hatiku begitu terluka sampai ingin menangis. Kamu tahu aku ada disini? Aku selalu ada. Tapi kamu dimana? Bukankah aku yang pergi? Tapi, kenapa kamu yang hilang? Aku hanya pergi tanpa jua menghilang. Aku kembali tanpa membisikan apalagi menyentuhmu. Sekarang, menangislah.. Mengapa kamu masih juga menangis dalam hati? Aku ada disini.. Tak adakah orang lain yang menghiburmu? Tak adakah dia yang membelai rambutmu dan memelukmu hingga kamu sulit untuk bernafas? Aku sungguh ada, kamu hanya tidak mau merasakannya. Mengertilah, aku tidak lagi bernafas. Aku tidak bisa lagi menyentuhmu. Aku tidak bisa lagi menyanyikan lagu-lagu cinta itu. Dan maaf bahwa...