Langsung ke konten utama

Selamat Ulang Tahun

Aku hanya ingin tiga kata itu terucap darimu. Sesederhana itu. Sesederhana itu kebahagiaan yang tak pernah aku dapatkan. Aku menunggumu. Lebih daripada aku menunggu hari penting itu datang. Aku berharap. Aku terlunta dari hidupku sendiri. Hendakkah aku berteriak? Ketika semua orang tersenyum dan aku hanya ingin berselimut, bersembunyi dari kehancuran yang kutimbulkan sendiri. Aku masih menunggumu. Waktu belum habis. Kamu masih punya waktu untuk mengucapkan tiga kata itu. Kamu masih bisa berusaha. Tetapi, entah cara apa yang kamu gunakan, pesan itu tak pernah sampai atau kamu tidak pernah mau mengucapkannya?

Aku hanya ingin tiga kata itu terucap darimu. Tak peduli jarak yang ada, kamu masih bisa menempuhnya. Tak peduli segumul perasaan yang menghantui setiap malamku, aku masih ingin pesan itu sampai. Aku ingin. Aku ingin bahkan aku memimpikannya. Haruskah aku bercerita kepadamu? Tentang malam-malam sebelum hari ini, ketika aku menarikmu jauh kedalam alam bawah sadarku. Sebegitu berharganya kamu hingga aku tak bisa membedakan antara realita dengan khayalan. Yang aku tahu, kamu harusnya ada.

Aku hanya ingin tiga kata itu terucap darimu. Sesulit itukah untuk menyampaikannya kepadaku? Apakah kamu memerlukan bantuan semua orang di dunia ini agar tiga kata itu sampai ditelingaku? Kemudian aku akan menangis karena bahagia. Kamu lihat? Bahagiaku sesederhana tiga kata yang kuinginkan terucap darimu. Aku kekeringan, aku membutuhkan air itu. Sudah lama sekali sejak aku mereguk kebahagiaan itu. Atau, apakah semuanya semu? Semuanya yang pernah kita ucapkan di masa lalu hanya delusi tak berkesudahan, untukku? Benarkah kamu telah jauh melangkah, sedangkan aku dengan bodohnya masih disini? Menunggumu? Atau mungkin kamu yang meninggalkanku.

Aku hanya ingin tiga kata itu terucap darimu. Mengalir seperti dulu kamu sering bercerita tentang mimpi itu. Mengalir seperti aku yang dengan khidmat mendengarkan semua yang kamu ucapkan, dulu sekali. Bukankah itu harusnya menjadi sesuatu di masa depan? Aku ingin. Aku ingin akhir itu untuk kita. Adakah kamu tahu bahwa air mata sudah lama mengering karena aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk menggapaimu. Semakin lama, kamu semakin kabur. Kamu seperti sesuatu yang begitu jauh, jauh sekali. Aku ingin meraihmu, menjagamu dibalik semua beban air mata tak berkesudahan.

Aku hanya ingin tiga kata itu terucap darimu. Cepatlah. Waktu sebentar lagi berakhir. Aku tak mampu menarik atau menghentikannya, apalagi menahannya. Tubuhku terlalu ringkih untuk mempertahankan Waktu. Hanya tinggal kamu. Tinggal tiga kata sederhana itu. Ku mohon jangan hancurkan diriku yang sekarang sudah menjadi pasir. Atau mungkin kamu ingin membuatku hilang? Kumohon... tiga kata itu...

Selamat Ulang Tahun 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baru

Akhirnya baru bisa punya blog lagi:) Setelah lebih dari setahun ga bukan blog (dan lupa password), sekarang punya akun baru. Berharap blog ini berguna gacuma bagi temen-temen tapi juga orang banyak. Salam.

UNTITLED

Sudah satu bulan. Empat minggu. Tiga puluh hari. Tiga puluh kali pergantian siang dan malam. Tujuh ratus dua puluh jam. Empat puluh tiga ribu dua ratus menit. Detik mungkin tak perlu kuhitung. Selama itu waktu yang kamu habiskan hanya untuk menghukum dirimu sendiri. Menghukum diri sendiri atas kesalahan yang sepenuhnya bukanlah milikmu. Kamu tak pernah lagi bangun di pagi hari. Kamu tidur sepanjang hari. Kamu tak pernah lagi memandangku. Kamu menatap kehampaan sepanjang waktu. Bahkan, untuk menggerakkan setitik jari saja, kamu tak kuasa. Aku selalu ada disisimu. Selalu. Bahkan sepanjang waktu, hanya untuk melihatmu berdiam diri atau menangis. Kamu tidak mau berbicara. Aku selalu bertanya, apalagi yang salah? Kamu menatapku. Bukan jawaban, hanya tangisanlah yang lolos dari bibir tipismu. Disaat seperti itu aku selalu memeluk tubuhmu yang meringkuk tak bergerak. Apakah kamu tidak sakit? Maksudku, dengan posisi tubuhmu selama sebulan ini diatas ranjang. Tidakkah kamu rindu untuk bangun, ...

Novel Selanjutnya (InsyaAllah)

Aku melihatmu. Lututku goyah tak bersisa. Bisakah aku kembali? Aku ingin mendekap tubuhmu yang kedinginan itu. Mengapa matamu begitu kosong? Kukira dunia telah direnggut begitu kejam darimu. Oh, kamu begitu indah. Kukira akan ada orang lain yang menggantikanku. Aku ingin kamu melihatku. Tapi, kamu melihat menembus diriku. Hatiku begitu terluka sampai ingin menangis. Kamu tahu aku ada disini? Aku selalu ada. Tapi kamu dimana? Bukankah aku yang pergi? Tapi, kenapa kamu yang hilang? Aku hanya pergi tanpa jua menghilang. Aku kembali tanpa membisikan apalagi menyentuhmu. Sekarang, menangislah.. Mengapa kamu masih juga menangis dalam hati? Aku ada disini.. Tak adakah orang lain yang menghiburmu? Tak adakah dia yang membelai rambutmu dan memelukmu hingga kamu sulit untuk bernafas? Aku sungguh ada, kamu hanya tidak mau merasakannya. Mengertilah, aku tidak lagi bernafas. Aku tidak bisa lagi menyentuhmu. Aku tidak bisa lagi menyanyikan lagu-lagu cinta itu. Dan maaf bahwa...