Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Kamu dan Milkshake

Ini untuk Adit yang tadi Milkshake-nya terasa kurang manis haha Aku melihatmu meminum Milkshake itu dengan takjub. Tidak pernah ada seorangpun di dunia ini memiliki mimik wajah yang aku sukai saat menyantap minuman itu. Kamu memejamkan mata untuk menghayati beberapa detik yang kamu habiskan bersama minuman yang berbahan dasar susu, es krim dan sirop yang dikocok itu. Kamu seolah melupkanku yang sedang duduk dihadapanmu dengan sabar. Kamu dan Milkshake. Selalu tempat yang sama dan jenis minuman serupa setiap kali kita berjumpa.  Hari ini kamu berkata bahwa Milkshake yang kamu pesan terasa kurang manis. Namun, entah mengapa kamu mengucapkan itu dengan wajah sukacita. Aku bertanya-tanya mengapa Milkshake yang tidak semanis biasanya saja bisa membuat kamu senang. Bahagia kamu memang sesederhana itu. Kamu dan Milkshake. Aku memerhatikan bagaimana hujan jatuh membasahi tanah dibawah sana. Aku selalu menyukai bau hujan ketika menyentuh tanah atau aspal. Disaat itulah kamu ters...

UNTITLED

Sudah satu bulan. Empat minggu. Tiga puluh hari. Tiga puluh kali pergantian siang dan malam. Tujuh ratus dua puluh jam. Empat puluh tiga ribu dua ratus menit. Detik mungkin tak perlu kuhitung. Selama itu waktu yang kamu habiskan hanya untuk menghukum dirimu sendiri. Menghukum diri sendiri atas kesalahan yang sepenuhnya bukanlah milikmu. Kamu tak pernah lagi bangun di pagi hari. Kamu tidur sepanjang hari. Kamu tak pernah lagi memandangku. Kamu menatap kehampaan sepanjang waktu. Bahkan, untuk menggerakkan setitik jari saja, kamu tak kuasa. Aku selalu ada disisimu. Selalu. Bahkan sepanjang waktu, hanya untuk melihatmu berdiam diri atau menangis. Kamu tidak mau berbicara. Aku selalu bertanya, apalagi yang salah? Kamu menatapku. Bukan jawaban, hanya tangisanlah yang lolos dari bibir tipismu. Disaat seperti itu aku selalu memeluk tubuhmu yang meringkuk tak bergerak. Apakah kamu tidak sakit? Maksudku, dengan posisi tubuhmu selama sebulan ini diatas ranjang. Tidakkah kamu rindu untuk bangun, ...

"Hai, nama saya Senja..." (1)

“Hai, nama saya Senja…” Aku menelan ludah berat. Mengapa setelah sekian lama aku mencoba berlari, dia datang lagi meski dalam sosok yang berbeda. Ini mengingatku akan hari-hari terakhirnya, disaat dia berbisik padaku mengatakan bahwa dia akan datang kembali. Dia berjanji. Pasti. Aku saat itu hanya tersenyum, tahu bagaimana semuanya akan berakhir. Dia menangis dipelukanku saat aku mengatakan bahwa tak lama lagi Waktu akan memisahkan kami. Kami sama-sama tahu, bahkan sebelum kami berdua bertemu. Aku, selalu berprinsip bahwa bersama untuk berpisah dan menerima hanya untuk melepaskan. Dia hanya tidak menyangka bahwa akan secepat ini. Aku sudah memperingatkannya dari awal. Kami tak akan pernah bertahan lama. Aku bukan manusia immortal yang akan hidup abadi bersamanya, begitupun dengan dia.   Kami memahami cinta dalam perspektif yang berbeda dari biasanya. Kami percaya cinta hanya akan membuat kami mecandu dan bergantung. Konsep cinta hanyalah sesuatu yang diciptakan manusia un...

Satu Cerita dalam Dua Surat Berbeda

Setiap orang punya cerita masing-masing tentang cinta mereka. Dalam suatu hubungan, pasti ada dua cerita yang berbeda. Tak jarang, bahkan mungkin pasti, itu juga yang terjadi dalam cerita cinta orangtua kita. Coba tanyakan kepada Papa dan Mama kalian, minimal. kalian akan menemukan detail berbeda dalam satu cerita yang sama:') Tulisan dibawah ini hanya fiksi, bukan buat menyinggung siapapun. 1. Surat dari Ibu untuk 'Nan...' Aku mulai menulis buku ini ketika tahu bahwa suatu hari akan ada orang yang membutuhkannya. Nan, aku menulis buku ini tepat ketika kamu baru berusia 6 tahun. Kamu mulai masuk kelas 1 SD dan aku begitu bangga padamu. Hari pertama sekolah kamu begitu riang menggenggam tanganku sambil berlari kecil. Kamu bilang bahwa kamu tidak sabar untuk bertemu teman-teman barumu. Aku menciumi wajahmu ketika kamu akan masuk kelas. Kamu melambaikan tangan sebelum memasuki ‘hidup’ barumu. Betapa bahagianya aku hari itu, Nan. Aku merasa telah melewati fase pertama ...

Mengeja Namamu: M A M A

Entah apa yang membuatku tiba-tiba merindukan untuk mengucap namamu. Rasa rindu yang tak biasa karena tak pernah kurasakan sebelumnya. Kukira, sama seperti kepergian dirimu, luka itu akan sembuh dengan sendirinya. Aku salah, karena kini aku benar-benar merindukan untuk mengucap namamu. Seperti sesuatu yang kutumpuk dari lama tanpa kusadari. Kini, monster itu mencoba keluar dari kotak yang kubuat sendiri. Aku tak pernah mengalami pertentangan batin semacam ini semenjak Waktu mengambilmu untuk selama-selamanya. Yang aku butuhkan selama ini hanyalah rutinitas dan kesibukan luar biasa yang selalu menenggelamkan bayangmu di hariku. Tanyakan aku tentang hidup, maka aku tak kan mampu menjelaskannya. Tanyakan aku tentang kematian, maka aku menjawab bahwa kekuatan misterius itu adalah kamu. Kamu yang menggambarkan secara detail bagaimana sosok gelap itu menjemputmu dan mengambilmu untuk selama-lamanya dari dekapanku. Aku bahkan belum sempat mendekapmu. Aku sedang dalam perjalanan. Apa kamu ing...

Selamat Ulang Tahun

Aku hanya ingin tiga kata itu terucap darimu. Sesederhana itu. Sesederhana itu kebahagiaan yang tak pernah aku dapatkan. Aku menunggumu. Lebih daripada aku menunggu hari penting itu datang. Aku berharap. Aku terlunta dari hidupku sendiri. Hendakkah aku berteriak? Ketika semua orang tersenyum dan aku hanya ingin berselimut, bersembunyi dari kehancuran yang kutimbulkan sendiri. Aku masih menunggumu. Waktu belum habis. Kamu masih punya waktu untuk mengucapkan tiga kata itu. Kamu masih bisa berusaha. Tetapi, entah cara apa yang kamu gunakan, pesan itu tak pernah sampai atau kamu tidak pernah mau mengucapkannya? Aku hanya ingin tiga kata itu terucap darimu. Tak peduli jarak yang ada, kamu masih bisa menempuhnya. Tak peduli segumul perasaan yang menghantui setiap malamku, aku masih ingin pesan itu sampai. Aku ingin. Aku ingin bahkan aku memimpikannya. Haruskah aku bercerita kepadamu? Tentang malam-malam sebelum hari ini, ketika aku menarikmu jauh kedalam alam bawah sadarku. Sebegitu ber...

Buku

"Banyak yang bilang kalau orang udah putus sama pacarnya harus move on karena untuk apa membuka buku lama yang sama padahal kita udah tahu endingnya? Terus gimana sama seseorang yang tiba-tiba move on dari buku yang bahkan belum dia buka sama sekali? Samakah rasa sakitnya?" Post kali ini khusus buat Ratih Dwi Jayanti :') Jawaban yang terbaik yang bisa gue kasih adalah sebagai berikut. Gue memang gatahu rasa sakit karena diperlakukan seperti itu sama cowo gimana.  Tapi, pas nerima sms dari lo hari ini tanggal 27 Januari 2015 Pukul. 23.32 gue jadi mikir secomplecated apa perasaan lo. Gue udah sering banget denger cerita orang itu dari lo, setiap hari bahkan. Satu yang kurang, gue ga pernah ketemu dan gapernah mengenal orang itu. Gue kadang juga ngasih saran asal yang kadang ngebuat lo tambah bingung sama diri lo sendiri. Ditambah jawaban-jawaban orang selain gue yang belum tentu mengenal lo dengan baik sebaik gue. Gue lagi ngekhayalin lo jadi cewe yang duduk ...

Just for your husband :')

UNTUK KALIAN YANG MENGINSPIRASI TANPA SENGAJA :’) Tahukah kamu bahwa dicintai olehmu adalah hal terluar biasa dalam hidupku? Setelah beberapa kali kehilangan, Tuhan mengirimkanmu dengan cara yang begitu indah. Begitu indah hingga rasanya aku memiliki hidup kedua. Hidup kedua yang kemudian kamu satukan dengan hidupmu. Pernikahan. Aku lalu menjerit dan menangis. Tahukah kamu apa yang aku rasakan? Perasaan itu menyusup begitu saja tanpa aku memintanya. Perasaan itu yang kemudian membuatku ragu bahwa kita akan bertahan selamanya. Aku takut karena aku tahu. Firasat itu mencengkram kerongkonganku kuat-kuat dengan energi dinginnya yang sulit kutangguhkan. Aku sungguh ingin mengucapkannya. Tetapi, yang bisa kulakukan hanya menangis tersedu-sedu didadamu. Aku takut. Aku takut. Aku takut. Hingga hari itu datang, aku masih meragukan kita. Maafkan aku atas firasat ini. Maafkan aku yang tidak tersenyum ketika kamu mengecup keningku sebagai seorang imam baru dalam keluarga kita. Tuhan, m...

SKETSA MERAH

Di malam hari dia membawanya ke rumah kami. Dia yang pertama membuka pintu dan melongokkan kepalanya. Dia tersenyum penuh makna hingga membuat kami penasaran. Beberapa detik kemudian, ia membuka pintu lebar-lebar dan muncullah... oranng itu. Ibu dan Ayah bangkit dan mempersilahkan orang itu untuk masuk.Orang itu tersenyum begitu ramahnya ketika Ibu menyentuh halus tangannya. Orang itu dengan hikmat mencium tangan Ayah dan Ibu. Aku masih terpantri dengan TV yang sedang menatapku melalui tayangannya. Orang itu tersenyum lagi, kali ini dengan begitu manis kepada dia yang datang dari dapur membawa minum dan camilan. Ayah dan Ibu duduk diseberang mereka berdua. Orang itu menanyakan kabar Ayah dan Ibu. Entah mengapa aku tahu bahwa pertanyaan itu tulus, bukan basa-basi seperti orang-orang lain yang dibawa dia sebelumnya. Aku begitu tersentak ketika mendengar namaku dipanggil. Sebagian diriku merasa enggan menghampiri, namun sebagian lagi merasa penasaran terhadap sosok orang itu. Aku mengham...